Memaknai 'Hujan Bulan Juni' Karya Sapardi Djoko Damono
Tag
Poemania,
Puisi
✪
3 comments
Setujukah bila dikatakan hujan selalu identik dengan sendu?
Adakah hujan mengingatkanmu pada seseorang? Derai rintiknya membuatmu merindu?
Benarkan hujan mendekatkan hatimu pada hatinya, kendati jarak telah terpaut jauh? Layaknya bumi dan langit yang menyatu lewat hujan?
Berhubung gue lagi sendu #halah, jadi kali ini mau posting sebuah puisi karya salah satu penyair favorit gue ah… Puisi karya Bpk. Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan Juni. Puisi ini hanya terdiri dari beberapa larik tapi memiliki makna yang sangat dalam. Menurut pemahaman pribadi, puisi ini bercerita tentang cinta yang sederhana. Sangat khas beliau.
Pernahkah kita berkorban untuk orang yang kita cintai tanpa menuntut imbalan apapun. Bahkan tanpa mengharap cintanya sekalipun? Sungguh tipikal cinta yang murni dan teramat sederhana bukan? Cinta yang tak mendesak. Dia begitu halus bahkan melampaui helaan angin.
Beliau menerjemahkan kesederhanaan cinta itu dengan Hujan Bulan Juni. Adakah pernah kita sadari kehadiran ‘hujan’ itu dalam hidup kita? Dia mencintai kita dengan diam. Begitu bijak ia sembunyikan perasaannya, entah karena keadaan yang memaksanya.
Entah.
Sadarkah bahwa dia yang selalu menyediakan bahunya untuk kita menangis sepuasnya. Tangannya pula yang senantiasa menghapus jejak tangis di pipi. Dialah yang selalu memberi warna pada hidup kita, hingga semua terasa begitu indahnya. Dia yang paling bahagia saat kita tersenyum. Begitupun saat kita bersedih, dialah yang paling berduka. Dia yang selalu memandang wajah kita, meski kita tak pernah membalas tatapannya bahkan cenderung mengabaikannya.
Acuh.
Masihkah tidak menyadari keberadaannya? Padahal dia begitu dekat? Bukankah dia yang selalu menunggumu pulang di tikungan dekat toko itu. Ah, sudahlah. Mungkin kita tak akan pernah menyadarinya hingga akhirnya dia benar-benar pergi. Tentu saja, pergi dengan diam. Pergi ke tempat yang teramat jauh. Hingga tak bisa lagi terukur oleh jarak.
Dia pergi untuk selama-lamanya.
Hmm...langsung saja deh ditengok puisinya, ya. Ini khusus didedikasikan untuk yang tengah merindu. Rindu pada seseorang yang tak lagi mampu terjamah.
HUJAN BULAN JUNI
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu
-Sapardi Djoko Damono-
Untuk lebih menghayati rindumu, silakan download musikalisasi puisi Hujan Bulan Juni di sini. #thx buat temen gue yang udah kasih link-nya#
3 comments
asik sekali puisinya :)
seangkatannya chairil anwar yah tuh sapardi djoko darmono ?
Salah tulis tuh namanya :'Damono', bukan 'Darmono'. Hehehe.
Bila dilihat dari tahun kelahiran, jelas lebih senior Om Alm. Chairil. Jangan lupa didownload mp3 musikalisasinya yaa..
tulisanya kereeen
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya =D