Antara Hati Dan Kepala
Tag
Artikel,
curhat
✪
No comment yet
“Dulu aku sangat mengagumi orang-orang yang pintar. Orang-orang yang selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata. Tapi kini tidak lagi. Aku mencintai orang-orang berbakat.”
Benar kata orang dewasa. Remaja adalah masa pencarian jati diri. Saat dimana kita terombang-ambing dalam ketidak-pastian. Ambisi, cinta, emosi, logika, dan segalanya campur aduk jadi satu. Celakanya, di saat itulah para remaja harus memutuskan sesuatu yang sangat krusial. MASA DEPAN.
Ibarat digodok dalam sebuah panci panas, setiap orang akhirnya akan keluar dalam keadaan yang berbeda-beda. Beberapa orang berhasil melewati fase itu dengan sempurna. Mereka keluar dan berhasil menemukan siapa ‘dirinya’ sebenarnya. Tapi beberapa kurang beruntung. Mereka terjebak oleh karena kesalahan mereka sendiri. Pengambilan keputusan amatlah memengaruhi kemana mereka nantinya akan menuju. Dan celakanya, mereka malah menentukan keputusan dengan sembrono. Tidak didasarkan oleh hati, tapi sebatas pekerjaan kepala.
Fase selanjutnya adalah pendewasaan. Tidak langsung disebut dewasa, melainkan pendewasaan, adalah karena setelah remaja mau tidak mau mereka harus menjadi dewasa melalui tahap ini. Entah karena kondisi lingkungan yang memaksanya atau karena faktor lain, hingga akhirnya barulah tersadar dimana seharusnya dia berada. Apa esensi dirinya? Seorang yang dewasa harus mengerti betul siapa dirinya.
Bakat. Salah satu poin esensial dalam hidup kita. Sudahkah kita merasakan keberadaannya? Mungkin bagi orang-orang yang berhasil melewati proses penggodokan, saat ini mereka telah menemukan bakat mereka. Bahkan mencicipinya setiap harinya. Bagaimana dengan kita?
Menurut gue, bakat berawal dari kesukaan. Kesukaan itu, secara natural, tumbuh berkembang menjadi impian. Dia akan tertanam kuat di dalam hati. Siapapun tidak akan bisa mencabutnya dari kita. Karena dia telah menjadi jati dengan akar-akar yang tertancap kuat. Itulah jati diri. Tak peduli sekuat apapun logika menentangnya, dia akan tetap mengakar.
Ketika pohon bernama ‘impian' itu hanya disirami oleh ambisi, lahirlah obsesi semata. Tentu saja, ambisi itu diperlukan. Ambisi positif yang selanjutnya mendorong pelakunya untuk melaksanakan AKSI. Bukan sebatas ambisi yang dengan kejam memaku mimpi itu. Tak sampai tujuan. Dia terhenti, jalan di tempat. Jika demikian, itu hanyalah angan-angan.
Lakukanlah sesuatu, meskipun kecil tapi berkesinambungan. Teruslah melangkah karena kita tidak pernah tahu pada langkah keberapa mimpi itu berlabuh. Jangan pernah berhenti pada langkah ke-99. Ketahuilah, mungkin saja mimpimu berlabuh pada langkah ke-100.
Namun terkadang mimpi itu terganjal atau mengalami penundaan. Apakah lantas kita berhenti sampai di situ saja? Untuk yang satu ini, coba tengok kasus ini. Kita bisa mengutip film 3 Idiots yang berhasil menggambarkan betapa impian harus dijunjung tinggi. Betapapun lika-liku dan bermacam hambatan mengganjal, teruslah maju. Lihatlah bagaimana tokoh Farhan akhirnya memutuskan untuk resign dari kampus paling bergengsi di India, karena dia merasa bahwa passion-nya bukan di sana. Hatinya tidak pernah ada di sana.
Farhan, Rancho, Raju |
Farhan lebih menyukai fotografi ketimbang pelajaran teknik. Dia lebih suka memotret ketimbang membongkar mesin. Jelas ayahnya sangat menentangnya. Ayahnya bersikukuh agar putranya menjadi insinyur teknik sehingga bisa diterima bekerja di tempat bonefit. Farhanlah yang paling tahu dimana hatinya berada, meski dia harus terus mengikuti kemauan logika ayahnya. Hingga pada akhirnya sang ayah sadar. Putranyalah yang menjalankan sendiri hidupnya. Setiap orang menjalankan perannya masing-masing dalam hidupnya. Orang tua hanya bisa mendukung bakat anaknya.
Masih di film 3 Idiots. Di lain sisi, tokoh Rancho adalah contoh orang yang berhasil melewati fase penggodokan. Dia tahu apa yang diinginkannya. Dia tahu kemana hatinya menuju. Dia menyukai mesin, maka dia memutuskan kuliah di jurusan teknik. Meskipun tekanan pihak kampus begitu bertubi-tubi, dia tetap mampu bertahan, bahkan bisa menjadi inspirasi bagi teman-temannya. Seberat apapun cobaan, saat kau mencintai apa yang sedang kau lakukan, maka dia akan terasa begitu ringan. Sebaliknya, ketika kau tersesat akibat keputusan yang salah. Sehingga kau harus melakukan apa yang sama sekali tidak kau sukai, maka pekerjaan seringan apapun akan terasa berat. Karena itu masalah hati.
“Do what you love, love what you do.”
Hikmahnya adalah, tiap orang memiliki passion / bakat yang berbeda-beda. Begitu pula jalan yang harus mereka lalui. Ada orang yang cukup berjalan lurus untuk menggapai mimpinya. Ada pula yang harus berjalan memutar, karena terminal mimpinya harus melewati beberapa halte. Beraneka-ragam. Yang diperlukan adalah kekuatan dan kebesaran hati. Jika ada kesempatan di depan mata, tangkaplah segera. Siapa tahu kesempatan itulah yang akan mengantarmu ke terminal mimpi, tanpa harus melewati jalan memutar terlebih dulu.
*****
NOTE :
Banyak orang pintar terjebak oleh karena keputusannya yang salah. Dia masih harus berusaha mencari jati diri yang sebenarnya. Berbeda dengan orang berbakat. Mereka menjalankan hidup lebih santai. Tak perlu memikirkan pekerjaan. Karena mungkin saja mereka berprofesi dengan bakatnya. Terasa seperti bermain-main saja. Tidak ada pekerjaan yang terasa berat, semuanya ringan dan menyenangkan.
Adakah orang pintar harus berbangga diri? Tidak perlu. Di dunia pendidikan macam di negara kita, siapapun bisa dikatakan pintar. Segalanya bisa sangat instan, semudah meludah. Pintar sangat identik dengan nilai bagus. Dan nilai bagus bisa dicapai dengan cara instan, bukan?
Justru berbanggalah bagi orang berbakat. Bagaimanapun, mereka adalah orang-orang hebat yang telah berhasil ditempa oleh kehidupan. Sesulit apapun, mereka tetap berjuang sekuat tenaga hingga akhirnya berhasil menggapai mimpinya. Sekali lagi salut deh buat teman-teman yang memiliki profesi yang sekaligus merupakan hobinya --> Pemain bola, pemusik, penyanyi, penulis, dsb. Kalian pasti bahagia.
Pintar adalah pekerjaan kepala, sedang bakat berasal dari hati.
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungannya =D