Pada Akhirnya Aku Tahu Kapan Hari Jadimu

1 comment
: seseorang yang kusebut bapak
 
(1)

Aku ingat bekas noda di sepatu boot-mu. Lumpur hitam yang basah.
Tak ada yang paling kutunggu-tunggu kecuali petang.
Karena pada momen itu, siluet tubuhmu datang.
Suara cangkul terseret-seret dan batuk berat
adalah oleh-oleh dari pematang

(2)

Aku terbangun mendengar langkahmu
Pagi hari selalu kau buka dengan segelas kopi hitam
Sekali pernah kuseruput kopimu tanpa permisi
Lantas saja aku mengutuk perilakuku
atas jelaga pahit yang kusisakan

“Ananda tidak perlu merasa bersalah. Cukup Bapak saja yang merasakan pahitnya kehidupan.”

(3)

Aku paling penasaran berapa usiamu
dan kapan hari lahirmu

Celakanya,
Aku tak pernah tahu
Juga tak ada yang beritahu
Kapan tepatnya itu
Jadi aku hanya bisa menghitung-hitung
Dan mengira-ngira
dari garis keriput di wajahmu

Padahal, kelak ketika hari itu datang
Inginnya kunyalakan lilin pengharapan
Lalu kukumandangkan doa-doa panjang umur

(4)

Aku masih mendengar suara ayunan cangkul
Aku masih mencium bau keringat dan tanah basah pagi itu
Tapi aku sadar itu bukan dirimu
Karena tak ada kopi hitam di atas meja
ataupun batuk berat dari arah kamar mandi

Lantas apakah aku berhak lega atau menganggap ini bencana
Ketika pada akhirnya aku tahu kapan hari jadimu
Lewat pengumuman yang diserukan toak mesjid
juga lewat coretan tangan di atas batu nisan

Dan pagi itu kusingkirkan bekas noda lumpur
dari atas pusaramu dengan air mata

Zoel Ardi

1 comment

Mr. G 21 Desember 2014 pukul 01.03

wow...puisinya keren..keren...

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya =D