[ Bukan On The Spot ] Lima 'Penyakit' Yang Kerap Diderita Penulis

[ Bukan On The Spot ] Lima 'Penyakit' Yang Kerap Diderita Penulis

✪ 3 comments

1. OTAK BUNTU

Inilah penyakit yang paling sering diidap oleh para penulis. Khususnya penulis pemula macam saya. Ketika tangan sedang asyik menorehkan pena, tiba-tiba stuck di tengah jalan. Selanjutnya penulis merasakan syaraf otak dan tangannya tidak sinkron. Jadilah ia tak tahu harus menulis apa. Bingung akan kelanjutannya. Istilah popular untuk penyakit ini adalah WRITER’S BLOCK.

Satu hal yang seringkali menyebabkan ini terjadi biasanya mindset penulis yang terlalu berambisi agar tulisannya terlihat bagus. Eniwei, this is actually good. Tapi pada saat menulis, sebisa mungkin acuhkan dulu pemikiran semacam itu. Biarkan tulisan mengalir begitu saja. Bahkan tanpa peduli itu bagus atau jelek, benar atau salah. Kuncinya, terus menulis sampai habis. Baru kemudian, lakukan tahap pengeditan untuk memperbaikinya.

2.    KUDIS (Kurang Disiplin)

Siapa penulis yang tidak takut dengan makhluk ini >> DEADLINE!!

Deadline tak ubah seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, ada yang menganggap ini sebagai tantangan. Karena dengan adanya DL, seseorang lebih terpacu untuk menulis. Atau setidaknya, dia punya alasan untuk menulis ; yaitu mengejar Deadline.

Namun di sisi lain, untuk beberapa orang (seperti saya) Deadline seolah menyerupai sindrom aneh mematikan yang bisa melumpuhkan otak dalam mencari ide tulisan. Apalagi jika waktu yang diberikan oleh panitia lomba, misalnya, terlampau singkat. Alhasil saya dibuat ketar-ketir mengejar target, dan terkadang hasilnya kurang memuaskan.

Syukurlah saya punya trik untuk mengatasi masalah macam ini. Lagi-lagi jadikan menulis sebagai kesenangan. Jika ada terlintas ide menulis. Saya tulis! Tak peduli ada event macam apa. Saya tetap menulis. Hingga akhirnya arsip tulisan telah menumpuk di bank tulisan. Barulah saya memilih dan memilah mana-mana tulisan yang cocok untuk diikutsertakan dalam event atau sekadar dikirim ke media.

 

3. ALZHEIMER (PIKUN) SEMENTARA 

"Percayalah, ide ada dimana-mana. Dan biasanya datang tanpa diduga-duga."

Suatu siang di tempat magang tiba-tiba otak saya disentakkan oleh sebuah ide cerita. IDE!
Saking antusiasnya, saya terus mengingat-ingat ide itu di hampir setiap tempat. Kantor, lapangan, bahkan toilet. Padahal biasanya saya paling disiplin mencatatkan ide yang baru saya dapat ke catatan hape. Naasnya saya luput melakukan hal itu. Akibatnya, saat malam hari saya bersiap menuliskannya di Ms. Word, saya bingung mau nulis apa. Idenya lenyap begitu saja dari memori. Blank Idea!

Semakin dicoba mengingat penggalan ide itu, semakin dia hilang dari memori kita. Mungkinkah Pikun? Ah, mungkin hanya sementara. Benar saja, ide itu ahirnya datang lagi dua hari setelahnya. Datang tanpa diduga-duga. Tidak mau terjadi hal yang sama, langsung saja saya catat yang terlintas di note hape.

Hikmahnya : Sediakan buku catatan. Jangan lupa catat!

 4. KURANG PERCAYA DIRI

"Kalau kau tidak bisa menghargai karyamu. Bagaimana dengan orang lain?"

Seorang teman sering sekali mengeluh tentang tulisannya yang dirasa amburadul. Setiap kali ia merampungkan sebuah karya kemudian dia men-delete semuanya jika dirasa tulisan yang dibuat jelek. Satu lagi tulisan rampung, delete kembali. Begitu seterusnya.

Ironis, bukan? Percaya atau tidak, ini juga sering terjadi pada kita. Ada rasa kurang percaya diri yang diam-diam merenggut pola pikir kita. Pada saat itu, kita cukup mengatakan pada diri kita ‘apa sih yang ingin kita capai?’. Tanpa kita sadari, dalam kondisi demikian otak bawah sadar kita menjawab, ‘aku hanya ingin dipuji dan sangat takut dicemooh’.

Ketahuilah, kritik adalah makanan pokok para penulis. Adanya kritik seyogyanya bisa membangun kualitas karya kita. Dan jika tidak ada kritik, itu berarti tak ada orang yang peduli pada karya kita.

Be positive, always! Setiap orang berhap memiliki persepsi masing-masing. Barangkali menurut kita, karya kita tidak bagus. Bagaimana dengan orang lain? 

5. PATAH SEMANGAT

"Begitu banyak orang yang menginginkan kemenangan. Tapi sedikit yang siap akan kekalahan."

Ada yang wajib dimiliki seorang penulis selain skill semata. Mental tahan banting. Bagaimana rasanya setelah menunggu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk sebuah pengumuman penting. Dan ternyata yang didapat hanya kekalahan?

DOWN!

Sangat manusiawi ketika kita merasa down dan berkeluh atas kekalahan. Saya juga masih seperti itu. Dan rasanya nggak mungkin melenyapkan sifat manusia ini. Saya pernah membaca sebuah kalimat motivasi : Mengeluh, Menyerah, Bangkit. Tiga frase kata ini pasti dialami oleh setiap ‘pecundang’. Dan ini sangat normal. Namun yang perlu digarisbawahi ialah bagaimana caranya frase ‘Mengeluh’ dan ‘Menyerah’ hanya bertahan singkat, tidak sampai menggerogoti energy semangat yang tersimpan di dalam diri kita. Cukuplah sehari menyerah, esoknya bangkit dan juara! (ZA)